1.     
PENDAHULUAN
A.   
Latar Belakang
Sebagaimana   telah  diketahui,  bahwa  
tujuan   hidup manusia adalah Allah subhanahu wa ta’ala, yang
dicapai dengan berusaha selalu mencari keridlaan-Nya melalui perjuangan
melaksanakan tugas hidup selaku hamba-Nya.  Di dalam 
melaksanakan  tugas hidupnya  dengan  baik  -agar nantinya 
mendapat  ridla Allah  manusia
harus  memilih Islam sebagai jalan  hidup (way of life), 
yang akan  mengantarkannya ke dalam kedamaian,  keselamatan,
dan   kebahagiaan  dunia  maupun  
akhirat.   Pemilihan alternatif  selain  Islam 
sebagai  jalan  hidup   akan merugikan  dirinya, 
membawa kesengsaraan, kesesatan, dan kemurkaan Allah. Tidak  semua 
agama itu  benar  sebagaimana  didakwakan sementara 
orang,  tetapi   hanya   Islam-lah  
agama   yang  benar  dan  dapat diuji  akan 
kebenarannya.  Pemilihan agama  selain Islam, hanya akan memberikan 
angan-angan kosong karena di akhirat akan mendapat kerugian.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar 
berada  dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan  amal shalih  dan  nasehat  menasehati supaya
mentaati  kebenaran  dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran. (QS 103 :1-3,  Al ‘Ashr)
Sebagai
konsekuensi logis atas keimanan terhadap Islam, maka seorang yang mengaku
beragama Islam harus memiliki rasa  terikat  diri (komitmen)
kepada  Islam.  Komitmen tersebut menurut Endang Saifuddin Anshari,
MA  meliputi: mengimani,  mengilmui,  mengamalkan, menda’wahkan
dan bersabar dalam ber-Islam.
B.     Tujuan Penulisan
1.     
Agar kita sebagai seorang muslim memiliki komitmen
dalam beragama islam
2.     
Menambah pengetahuan tentang pentingnya komitmen dalam
beragama.
3.     
Menyadari bahawa seorang yang mengaku beragama Islam
harus memiliki rasa  terikat  diri (komitmen) kepada 
Islam. 
II. PEMBAHASAN
A.   
Komitmen  Muslim 
Dalam  Mengimani  Islam 
Islam 
bermakna  kepatuhan   dan   kerajinan
menjalankan  kewajiban  kepada  Allah.  Islam 
bermakna memasrahkan diri kepada Allah. Islam bermakna mengorbankan 
kebebasan  dan kemerdekaan  diri  sendiri demi 
Allah.  Islam bermakna menyerahkan  diri  di bawah kekuasaan
kerajaan dan kedaulatan Allah. Seseorang yang mempercayakan segala urusannya
kepada Allah adalah seorang muslim, dan seorang yang mempercayakan
urusan-urusannya  kepada dirinya sendiri atau kepada  siapapun
selain  Allah bukanlah  seorang  muslim.  Mempercayakan
segala  urusan kepada Allah berarti menerima  bimbingan
Allah   yang  diberikan  melalui Kitab Suci-Nya dan
bimbingan  yang diberikan oleh  Rasul-Nya.  Selanjutnya hanya Al
Quraan  dan Sunnah Rasul  sajalah  yang  harus
diikuti  dalam  setiap masalah kehidupan.
Sekali lagi
yang dapat dinamakan seorang muslim hanyalah orang yang rela  
mengesampingkan   pemikirannya   sendiri,   adat
kebiasaan masyarakat dan dunia serta nasehat-nasehat dari orang lain, selain
nasehat dari Allah dan Rasul-Nya. Seorang muslim adalah orang yang  dalam 
setiap persoalan  selalu berkonsultasi dengan Kitab Allah  dan
kata-kata Rasul-Nya, untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan dan apa yang
tidak boleh ia lakukan.  Seorang Muslim  ialah orang yang mau
menerima  tanpa  ragu-ragu sedikitpun petunjuk apa saja yang
didapatnya dari Allah dan  Rasul-Nya,  dan  menolak 
apapun  yang  dilihatnya bertentangan  dengan 
petunjuk  Allah  dan   Rasul-Nya, karena  ia 
telah  mempercayakan  dirinya   sepenuhnya
kepada   Allah.   Dan   tindakan  
mempercayakan diri sepenuhnya   kepada Allah  inilah yang 
menjadikan seseorang  dapat  disebut seorang  muslim.
Sebaliknya,
seseorang tidaklah dapat dinamakan seorang muslim  bila ia  tidak
bergantung pada Al Quraan dan  Sunnah  Rasul, tetapi melaksanakan apa
yang dikatakan oleh pikirannya sendiri, atau mengikuti apa yang diperbuat oleh
nenek moyangnya, atau menyesuaikan diri    dengan apa yang
dilakukan oleh masyarakat sekitarnya dan oleh orang-orang  di dunia pada
umumnya, tanpa mencari petunjuk dalam Al Quraan dan Sunnah tentang
bagaimana  menangani masalah  urusan-urusannya, atau bila ia
tahu  apa  yang diajarkan oleh Al Quraan dan Sunnah tetapi ia
keberatan untuk  menurutinya  dengan mengatakan: “Ah,  ini 
tidak sesuai dengan akal pikiran saya, karena itu saya  tidak bisa menerimanya”,
atau “Karena ajaran Al Quraan  dan Sunnah ini bertentangan dengan ajaran
nenek moyang saya, maka  saya  tidak akan mengikutinya”, 
atau  “Karena masyarakat  dan  orang-orang  di 
seluruh  dunia  tidak menyetujui ajaran Al Quraan dan Sunnah, maka
saya juga tidak akan  menyetujuinya”. Orang  yang  berpandangan
seperti  ini tidak dapat dinamakan seorang muslim,  dan bila ia
menyatakan bahwa dirinya adalah seorang muslim, ia hanyalah seorang pendusta.
Demikianlah, 
komitmen  muslim didalam  mengimani  Islam seharusnya 
memberi  bekasan yang paling  dalam  kepada seorang manusia yang
menganggap dirinya muslim. Pendapat Abul A’la  Maududi di atas tentunya
sangat patut kita renungkan. Karena keimanan  yang  benar 
adalah keimanan  yang konsekuen di jalan lurus  (shiratal
mustaqim).
B.    
Hal  Yang Harus Di Lakukan Seorang Muslim Yang
Komitmen Terhadap Islam
1.      Mengilmui
Islam
Setiap
muslim  harus berusaha memperdalam pengetahuannya tentang ajaran agama
Islam,  sesuai  dengan kemampuannya,  dan dilakukan
sepanjang  hidupnya  (long life  education).
Mengilmui  Islam adalah  merupakan  suatu kewajiban dalam 
rangka melaksanakan tugas penghambaan kepada Allah dengan cara  yang
benar, sesuai tuntunan  Allah  dan Rasul-Nya.
Firman
Allah:
Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS 58:11, Al Mujaadilah
2.      Mengamalkan
Islam
Setiap 
muslim seharusnya memanfaatkan  keimanan  dan pemahamannya
tentang  Islam dalam   aktivitas  amal  shalih 
sesuai dengan kemampuannya. Perilaku  kesehariannya akan  diwarnai
oleh keyakinannya terhadap  Islam.  Iman bukan saja membekas di dalam
hati tetapi juga terungkap dalam kehidupannya. Pengetahuannya tentang
Islam  tidak berhenti  sebagai  islamologi belaka sebagaimana
para orientalis,  namun dinyatakan dalam  kehidupan 
sehari-hari. 
Ilmu
yang  dimiliki  menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat pada
umumnya.
Firman
Allah:
Dan  katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka 
Allah  dan Rasul-Nya   serta   orang-orang 
mu’min   akan  melihat pekerjaanmu  itu,  dan
kamu  akan  dikembalikan  kepada  (Allah) Yang Mengetahui
akan yang ghaib dan yang nyata, lalu  diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang  telah  kamu kerjakan.    (QS 9:105, At Taubah).
3.      Menda’wahkan
Islam
Islam  adalah  agama bagi
seluruh umat  manusia,  tidak hanya  untuk ras atau golongan
tertentu.  Islam  adalah agama universal. Wajar apabila seorang
muslim  memiliki rasa   terikat  diri  untuk 
menda’wahkan   Islam   dan menyebarkan agama ini sebagai
rahmat bagi semesta alam. Sudah  seharusnya  bagi 
seorang   muslim   untuk menda’wahkan  Islam,  sesuai
dengan  kemampuannya, kepada orang  yang  sudah beragama Islam
maupun yang belum memeluk Islam (non muslim).
Firman Allah:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”  (QS 41:33, Al Fushshilat)
4.      Sabar
Dalam Berislam
Setiap
muslim harus bersabar di dalam mengikuti  kebenaran. Sabar berarti 
berusaha  untuk  mengatasi  permasalahan  yang
dihadapi  dengan tabah lahir dan batin,  serta  diikuti dengan
sikap tawakkal kepada Allah Yang Maha Kuasa. Sabar bukan berarti sekedar ‘nrimo’
atau pasrah  dalam menerima  masalah, namun lebih dari itu 
juga  memiliki makna  akan adanya usaha (ikhtiyar). Jadi
sabar  selain  memiliki pengertian  kepasrahan  (tawakkal) 
kepada  Allah,  juga mengandung  makna berusaha untuk
mengatasi  permasalahan yang  dihadapi. 
firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu  dan kuatkanlah  kesabaranmu  dan 
tetaplah  bersiap   siaga  (diperbatasan  negerimu)
dan bertakwalah kepada  Allah, supaya kamu beruntung.  (QS 3:200, Ali ‘Imran).
PENUTUP
A.   
KESIMPULAN
1.     
komitmen  muslim didalam  mengimani 
Islam seharusnya  memberi  bekasan yang paling  dalam 
kepada seorang manusia yang menganggap dirinya muslim. Pendapat Abul A’la 
Maududi di atas tentunya sangat patut kita renungkan. Karena keimanan 
yang  benar  adalah keimanan  yang konsekuen di jalan
lurus  (shiratal mustaqim).
2.      seseorang
tidaklah dapat dinamakan seorang muslim  bila ia  tidak bergantung
pada Al Quraan dan  Sunnah  Rasul, tetapi melaksanakan apa yang
dikatakan oleh pikirannya sendiri.
B.    
SARAN
Sebagai seorang muslim kita harus selalu berkomitmen
dalam islam dan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunah Rasulullah.
 Home

0 komentar:
Posting Komentar